Selasa, 19 Mei 2020

Esensi-Aksidensi

Memang agak rumit sepertinya berada dalam proses abstraksi diri dalam pencarian Aku yang adalah Aku. Sebab untuk menemukan esensi, maka harus meninggalkan segala ciri aksidensi; untuk menanggalkan 'pakaian' saja rasanya masih berat. Belum lagi perihal sifat, jumlah, hubungan, pasivitas dan ruang-ruang aksidensi lainnya. Bahkan untuk mengenali "Siapa Aku" saja sangat lah tidak mudah. Yang menegaskan rumit di sini adalah rasa sombong dan angkuh yang begitu melekat pada diri, merasa menjadi pemilik dari berbagai hal dan terus merasa tidak cukup. Jelas, ini bukan lagi berbicara perihal benar dan salah atau pun pahala dan dosa, juga bukan tentang surga dan neraka. Lebih dari itu, melainkan berbicara perihal Sang Pencipta. Ya, aku sepakat bila ada yang mengatakan "untuk dapat mengenal Tuhan maka kenalilah dirimu..." sampai kamu benar-benar menemukan "AKU" yang menanggalkan segalanya hingga ke titik menyadari Ke- Maha-Suci-an-Nya. 
Bisakah kita ini para manusia? Hihihi. 
Takbiiirrr..

Bandung, 20 Mei 2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Siapakah "Kau" dalam setiap sajakmu?

Kala malam bergeming Tersisakan hening Suara jangkrik menyambut Dataran telah diselimuti kabut  Aku dibalut kelut Menggerutu tan...