Jumat, 29 Januari 2021

Sajak Pecundang


03.30 pagi—aku masih terduduk menunggu kantuk yang tak kunjung sudi berlabuh pada tubuh yang saban harinya dipenuhi keluh. Sesekali, kala bosan menghampiri, diri ini meminta seseorang untuk menemani barang dengan beberapa batang filter dan secangkir kopi.
Menerobos malam—melawan terpa angin, menghayati dingin serta memandangi jalan yang dilalu-lalangi kendaraan yang tak seramai siang hari; pada saat-saat ini, hening mulai bergeming.
Ada kepuasan tersendiri kala berkawan dengan sepi—mungkin memang benar, bahwa manusia perlu rehat dan merenungi apa-apa saja yang telah terlewat; jeda perlu ada.
Mengapa harap diciptakan?—menjadi candu bagi sebagian besar orang, bermimpi tentang hal yang tak pasti; pada akhirnya, mereka terpatahkan oleh ekspektasinya sendiri.
Lelah itu manusiawi—untuk diriku, untukmu, dan teruntuk setiap dari kita yang kerap merasa dipecundangi oleh segala kesialan ini. Kata semangat dirasa sudah kehilangan sengat. Biar bagaimanapun, jangan pernah bosan mencari yang tepat; sebab mereka yang tepat akan selalu mensyukurimu sebagai sesuatu yang hebat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Siapakah "Kau" dalam setiap sajakmu?

Kala malam bergeming Tersisakan hening Suara jangkrik menyambut Dataran telah diselimuti kabut  Aku dibalut kelut Menggerutu tan...