Ketahuilah, kasih..
Aku ini manusia yang penuh dengan dendam dan nestapa.
Luka yang kuterima, tak cukup sembuh bila hanya dibasuh air mata.
Selagi kisahmu dengannya belum kau sudahi,
Selagi itu pula aku akan terus merasa kau ludahi.
Bahagia kah kau rasa bersamaku?
Memang benar, ragu selalu menghantuiku.
Tapi, bukan di atasmu, melainkan pada aku.
Baik kah aku, untukmu?
Cukupkah teduh mataku bagi hatimu?
Nyatakah tawa indahmu itu?
Ataukah semua hanya untuk menghargaiku?
Sempat tersirat dalam ego-ku.
Bagaimana jika kita saja yang kau sudahi?
Bagaimana biar saja aku, kau ludahi?
Bagaimana, bila aku yang pergi?
Tapi, kasih..
Aku tak ahli dalam menyambutmu pergi
Aku tak pandai berdamai dengan sepi
Aku terlalu dungu untuk kembali menunggu.
-Nicky Livya
Bandung, 18082020.
Aku ini manusia yang penuh dengan dendam dan nestapa.
Luka yang kuterima, tak cukup sembuh bila hanya dibasuh air mata.
Selagi kisahmu dengannya belum kau sudahi,
Selagi itu pula aku akan terus merasa kau ludahi.
Bahagia kah kau rasa bersamaku?
Memang benar, ragu selalu menghantuiku.
Tapi, bukan di atasmu, melainkan pada aku.
Baik kah aku, untukmu?
Cukupkah teduh mataku bagi hatimu?
Nyatakah tawa indahmu itu?
Ataukah semua hanya untuk menghargaiku?
Sempat tersirat dalam ego-ku.
Bagaimana jika kita saja yang kau sudahi?
Bagaimana biar saja aku, kau ludahi?
Bagaimana, bila aku yang pergi?
Tapi, kasih..
Aku tak ahli dalam menyambutmu pergi
Aku tak pandai berdamai dengan sepi
Aku terlalu dungu untuk kembali menunggu.
-Nicky Livya
Bandung, 18082020.